Menjadi Guru Kreatif: Membaca/Menganalisis/Berkreasi/Menulis Sastra
Saturday, January 14, 2017
Edit
/1/
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4pA93dxYwl8ZpItnR7CaOuapKDHMrmZ-v54b5w7-0NhiF4hsd5Y5kzuveBH7wADXq0_Gctr2wAk04sCrCcwLhbhyphenhyphenLEGzlHsiwnlwLnB755o39WihNTP5eq7GTN49hjTozkgncFGaShWEd/s200/menjadi+guru+kreatf.jpg)
Kalau pelajar dan mahasiswa di Amerika --dalam rangka
menyikapi pergeseran paradigma itu--dituntut mampu (1) berkomunikasi, (2)
berpikir jernih dan kritis, (3) mempertimbangkan setiap masalah dari segi
moral, (4) menjadi warga negara yang efektif, (5) bertoleran terhadap pandangan
yang berbeda, (6) hidup dalam masyarakat global, (7) memupuk minat yang kuat
terhadap hidup, dan (8) bekerja keras (Budiono, Kompas, 28 Agustus 2012), bagaimana dengan pelajar dan mahasiswa di
Indonesia? Inilah pertanyaan berat yang harus dijawab pendidik-guru (dan dosen).
Sebab, diharapkan, dengan adanya pergeseran itu, akan ada perubahan mendasar:
anak (didik) lebih produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Dan tulisan ini layak dibaca secara lengkap. Selanjutnya DOWNLOAD.