-->

Totalitas, Tranformasi, dan Otoregulasi

            Beruntunglah kita dengan terbitnya buku terjemahan karya Jean Piaget yang aslinya berbahasa Prancis ini. Beruntung karena kita dapat dengan mudah memahami konsep pokok  strukturalisme ala Piaget. Dalam menulis karya ilmiah, kita  (peneliti, dosen, mahasiswa, dll) sering mengutip konsep strukturalisme yang dikembangkan oleh Jean Piaget, tetapi kutipan itu biasanya hanya berasal dari sumber sekunder, bukan dari sumber primernya. Akibatnya, pemahaman kita tentang strukturalisme model Piaget kurang sempurna. Karena itu, perlu kita sambut baik hadirnya terjemahan ini.
         Buku ini aslinya berjudul Le Structuralisme. Terbit tahun 1968, pada masa ‘penyebaran’ dan ‘penerangan’ gagasan strukturalisme ke berbagai bidang pengetahuan. Karena ditulis (berdasarkan permintaan Presse Univer-sitaire de France) pada masa ‘penerangan’, buku ini, bersama buku-buku lainnya, berisi pula sebuah gagasan persuasif yang berusaha menjelaskan (menerangkan) paham strukturalisme kepada masyarakat luas.

     Dalam usahanya menjelaskan paham strukturalisme, Piaget secara sistematis memaparkan gagasannya menjadi delapan bab (bagian). Dalam bab pertama Piaget menjelaskan konsep pokok (umum) yang mendasari ciri-ciri atau sifat utama suatu struktur. Konsep pokok itu kemudian diakumulasikan ke dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu, yaitu matematik dan logika, fisika dan biologi, psikologi, linguistik, penelitian sosial, dan filsafat; yang semua itu disajikan dalam bab dua sampai dengan tujuh. Sementara itu, sebagai konklusinya, Piaget merangkum tesis-tesisnya dalam kesimpulan (bagian terakhir).
        Seperti diketahui bahwa strukturalisme merupakan paham yang berpijak dan bertolak dari konsep tentang “struktur”. Dikatakan oleh Piaget (bab 1, hlm. 1--12) bahwa pada hakikatnya suatu struktur mempunyai tiga sifat utama, yaitu totalitas (wholeness), tranformasi (transformation), dan otoregulasi/pengaturan diri (self regulation, autoreglage). Tiga sifat tersebut masing-masing merupakan gagasan yang secara bersama-sama membangun atau membentuk  suatu struktur.
      Sifat pertama, yaitu totalitas, pada dasarnya muncul dari sebuah kon-sep yang menyatakan bahwa suatu struktur sesungguhnya terdiri atas se-jumlah unsur. Karena unsur-unsur itu tidak mungkin dapat dipisahkan, dan memang senantiasa berkaitan, sebuah struktur harus dilihat sebagai suatu kesatuan/keseluruhan (totalitas). Secara hierarkis, dalam suatu struktur muncul struktur-struktur lain yang lebih kecil (substruktur), dan keberadaan struktur yang lebih kecil itu terikat oleh struktur yang lebih besar.
      Munculnya konsep totalitas (keseluruhan dalam bagian dan bagian dalam keseluruhan) itu sesungguhnya berawal dari adanya gagasan tentang kaidah transformasi (sifat kedua). Karena di dalam struktur keberadaan unsur tidak hanya bersifat terstruktur, tetapi juga menstruktur, yaitu melaku-kan strukturasi (transformasi) dengan unsur lainnya, maka struktur itu bukan merupakan sesuatu yang statis, melainkan dinamis.  Kedinamisan setiap unsur itulah yang pada hakikatnya mengaitkan hubungan antar-mereka sehingga tercipta suatu keseluruhan (totalitas); dan setiap bagian atau unsurnya tidak mungkin dapat dipahami secara mandiri.
         Karena setiap unsur selalu dapat melakukan transformasi, setiap perubahan yang terjadi pada satu unsur akan selalu mengakibatkan peru-bahan pada unsur lainnya. Karena itu, keberadaan dan hubungan di antara mereka (unsur-unsur) akan selalu mencukupi dirinya sendiri (sifat ketiga). Jika ada unsur yang berubah atau bahkan hilang, berkat bantuan atau transfor-masi unsur lainnya, unsur-unsur itu akan mengatur dirinya sendiri, tidak memerlukan bantuan dari luar. Demikian konsep utama Jean Piaget tentang struktur yang mendasari paham strukturalisme.
         Pengertian tentang “struktur” pada umumnya dikaitkan dengan “sistem”. Kaitan di antara mereka ibarat dua sisi mata uang. Untuk melihat kaitan dan perbedaannya, kita dapat menganalogikannya dengan konsep Saussure (dalam linguistik) tentang relasi sintagmatis dan asosiatif. Relasi sintagmatis membentuk struktur, sedangkan relasi asosiatif membentuk sistem. Karena itu, konsep struktur dan sistem relevan untuk berbagai bidang ilmu, antara lain matematik dan logika (bab 2, hlm. 13--29); fisika dan biologi (bab 3, hlm. 30--43); psikologi (bab 4, hlm. 44--61); linguistik (bab 5, hlm. 62--81), penelitian sosial/antropologi (bab 6, hlm. 82--101) yang antara lain dilakukan oleh Levi-Strauss dalam menyelidiki sistem kekerabatan; dan juga filsafat (bab 7, hlm. 102--116).
     Setelah mengajukan tesis-tesisnya tentang struktur dalam berbagai bidang pengetahuan, Piaget akhirnya menyimpulkan beberapa hal berikut. Pertama, penelitian tentang struktur, dalam bidang apapun, tidak akan bersifat eksklusif, tetapi justru mengintegrasikannya. Kedua, penelitian struktur hanya akan terbuka pada koordinasi antardisiplin. Sebab, jika pem-bicaraan struktur hanya dibatasi pada ilmu khusus, peneliti tidak akan mampu memahami di mana ‘makhluk’ yang disebut struktur itu, karena menurut definisinya,  struktur tidak pernah bercampur dengan sistem hu-bungan (dalam ilmu yang bersangkutan) yang dapat diamati. Untuk hal ini, dengan meminjam istilah Levi-Strauss, Piaget menyatakan bahwa struktur itu terletak “di tengah jalan antara sistem-sistem saraf dan tingkah laku sadar itu sendiri” (hlm. 119). Ketiga, berdasarkan penelitian bandingan, pe-nelitian struktur terbukti tidak membunuh manusia atau kegiatan subjek; dan struktur senantiasa berkaitan dengan suatu konstruksi, baik abstrak ataupun genetik.
          Ditekankan  oleh Piaget bahwa strukturalisme adalah sebuah metode, bukan sebuah doktrin. Sebagai metode, strukturalisme hanya dapat dibatasi penggunaannya, yaitu efektivitas pada jaringan hubungan. Jadi, dengan metode-metode lain, strukturalisme lebih cenderung “mengandaikan”, bukan “memperlawankan”. Selain itu, sebagai metode, strukturalisme juga “terbuka”, dalam arti ia menerima sepanjang perjalanan pertukarannya dalam suatu hubungan-hubungan.
          Jadi, kunci strukturalisme yang diuraikan Piaget dalam buku ini adalah keunggulan operasi-operasinya dalam epistemologi matematik, fisika, psikologi kecerdasan, dan hubungan sosial antara praktik dengan teori. Namun,  Piaget memberikan rambu-rambu bahwa  jika strukturalisme cenderung dijadikan sebuah paham filsafat, ia akan terancam oleh bahaya besar.
            Demikianlah, buku ini amat menarik. Ia bukan saja penting bagi mahasiswa, dosen, dan peneliti ilmu humaniora seperti linguistik, sastra, antropologi, dan psikologi, tetapi juga penting bagi mereka yang mendalami ilmu eksakta seperti fisika, biologi, dan matematika. ***
Tinjauan buku Strukturalisme karya Jean Piaget (Yayasan Obor, 1995)
Dimuat Pikiran Rakyat, 11 Agustus 1996.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

TULISAN TERPOPULER

CARI JUGA DI LABEL BAWAH INI

Antologi Cerpen (59) Antologi Esai (53) Penelitian/Kajian Sastra (43) Antologi Puisi (40) Cerita Anak (25) Penelitian/Kajian Bahasa (25) Sastra Jawa Modern (20) Sastra Indonesia-Jogja (14) Antologi Drama (13) Budi Darma (13) Ulasan Buku (13) Kritik Sastra (12) Proses Kreatif (12) Esai/Kritik Sastra (11) Pembelajaran Sastra (11) Kamus (10) Pedoman (10) Prosiding Seminar Ilmiah (9) Antologi Features (8) Cerita Rakyat (8) Mohammad Diponegoro (8) Jurnal (7) Membaca Sastra (7) Religiusitas Sastra (7) UU Bahasa (7) Antologi Artikel (5) Bahan Ajar (5) Kongres Bahasa (5) Nilai-Nilai Budaya (5) Artikel Jurnal Internasional (4) Bahasa/Sastra Daerah (4) R. Intojo (4) Seri Penyuluhan Bahasa (4) Sistem Kepengarangan (4) Telaah Dialogis Bakhtin (4) Ahmad Tohari (3) Antologi Biografi (3) Antologi Dongeng (3) Danarto (3) Ensiklopedia (3) Gus Tf Sakai (3) Konsep Nrimo dan Pasrah (3) Korrie Layun Rampan (3) Pascakolonial (3) Penghargaan Sastra (3) AA Navis (2) Antologi Macapat (2) Dinamika Sastra (2) Festival Kesenian (FKY) (2) Film/Televisi Indonesia (2) Glosarium (2) Kuntowijoyo (2) Majalah Remaja (2) Novel Polifonik (2) Pemasyarakatan Sastra (2) Sastra Jawa Pra-Merdeka (2) Seno Gumira Adjidarma (2) Telaah Intertekstual (2) Umar Kayam (2) Abstrak Penelitian (1) Artikel Jurnal (1) BIPA (1) Bahan Ajar BIPA (1) Budaya Literasi (1) Cermin Sastra (1) Ejaan Bahasa Jawa (1) Etika Jawa (1) FBMM (1) Gerson Poyk (1) Herry Lamongan (1) Iblis (1) Iwan Simatupang (1) Jajak MD (1) Jaring Komunikasi Sastra (1) Kaidah Estetika Sastra (1) Karier Tirto Suwondo (1) Karya Tonggak (1) Kebijakan (1) Motinggo Busye (1) Muhammad Ali (1) Muryalelana (1) Novel (1) Olenka; Budi Darma; Bakhtin (1) Posisi Teks Sastra (1) Puisi Tegalan (1) Putu Wijaya (1) Salah Asuhan (1) Sastra Balai Pustaka (1) Sastra Non-Balai Pustaka (1) Sastra dan Ekonomi Kreatif (1) Sastra dan Imajinasi (1) Sastra dan ORBA (1) Sastra dlm Gadjah Mada (1) Sejarah Sastra (1) Studi Ilmiah Sastra (1) Studi Sastra (1) Syamsuddin As-Sumatrani (1) Teater Modern (1) Telaah Model AJ Greimas (1) Telaah Model Levi-Strauss (1) Telaah Model Roland Barthes (1) Telaah Model Todorov (1) Telaah Model V Propp (1) Telaah Pragmatik (1) Telaah Sosiologis (1) Telaah Stilistika (1) Teori Sastra (1) Teori Takmilah (1) Turiyo Ragil Putra (1)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel