-->

Membangun Kreativitas Melalui Kegiatan Bengkel Sastra

1.    Pengantar
            Pengajaran sastra setidak-tidaknya mengandung empat manfaat, yaitu (1) membantu keterampilan berbahasa; (2) meningkatkan pengetahuan budaya; (3) mengembangkan cipta, rasa, dan karsa; dan (4) menunjang pembentukan watak. Namun, realitas membuktikan bahwa selama ini pengajaran sastra di sekolah-sekolah menengah (SLTP dan SLTA) di Indonesia relatif belum berhasil memberikan “manfaat” kepada masyarakat (baca: siswa) dan belum pula memberikan andil yang besar bagi keberhasilan pendidikan secara utuh. Hal tersebut terbukti, ketika akumulasi berbagai krisis (sosial, ekonomi, politik, moral, dan lain-lain) datang menghadang, di tengah-tengah masyarakat muncul beragam perilaku yang menunjukkan sikap tidak berbudi-bahasa yang baik, tidak berbudaya, dan menunjukkan watak yang tidak atau kurang terpuji.
            Kebelumberhasilan pengajaran sastra tersebut dapat dipahami karena selama ini pengajaran sastra di sekolah-sekolah memang kurang diarahkan pada tujuan pemahaman, apresiasi, dan ekspresi sastra, tetapi cenderung pada upaya untuk memperoleh pengetahuan tertentu atau bahkan hanya untuk mencapai target kelulusan tertentu. Hal ini terlihat ketika di sekolah siswa hanya diberi materi yang sifatnya hapalan akibat tuntutan kurikulum dan keterbatasan kemampuan guru, sementara materi yang mengarahkan siswa agar lebih bersikap apresiatif, aktif, dan kreatif justru terlupakan. Itulah sebabnya, tidak mengherankan jika pada akhirnya kecintaan dan kemampuan apresiasi, kreasi, dan ekspresi siswa terhadap sastra sangat terbatas. Jika pola pengajaran sastra masih terus demikian, niscaya keluhan terhadapnya akan terus digulirkan. Oleh sebab itu, perlu kiranya diciptakan strategi lain dalam rangka membangun kecintaan siswa khususnya dan masyarakat umumnya terhadap sastra.
            Berkenaan dengan hal di atas, marilah kita mencoba menyelenggarakan kegiatan ekstra yakni BENGKEL SASTRA. Kegiatan ini tidak menekankan perhatian pada konsep atau teori-teori seperti yang diajarkan di kelas, tetapi pada praktik atau pelatihan apresiasi dan ekspresi (kreasi) sastra (puisi, cerpen, naskah drama, dll), baik lisan maupun tulis. Melalui sebanyak-banyaknya praktik diharapkan para peserta memiliki kemampuan yang memadai dalam hal apresiasi dan ekspresi sastra sehingga kelak mereka lebih mencintai dan bersikap positif terhadap sastra. Adapun tata cara pelaksanaannya bermacam-macam, salah satun wujudnya seperti tampak pada desain berikut.

2. Desain Pelaksanaan
2.1 Pengenalan Dasar-Dasar Teori
            Kegiatan Bengkel Sastra diawali dengan pengenalan bahan (puisi, cerpen, drama, dll) melalui metode yang tepat (bergantung pada situasi/kondisi/konteks). Bahan yang diberikan berupa teori (dan metode serta teknik) apresiasi dan ekspresi (tulis dan lisan) secara singkat. Untuk memberikan gambaran lebih jelas tentang sastra (tertentu), ada baiknya dijelaskan pula mengenai definisi dan hakikatnya.

2.2 Praktik Apresiasi dan Ekspresi
            Setelah dasar-dasar teori diperkenalkan, peserta langsung diajak masuk ke praktik (pelatihan-pelatihan) apresiasi teks sastra (pembacaan, pemahaman, penghayatan, dll). Dalam praktik apresiasi langkah-langkah yang perlu dilakukan antara lain (1) peserta dilibatkan ke dalam situasi kesastraan secara langsung, (2) peserta diajak untuk menganalisis makna atau berbagai aspek sastra secara bersama-sama, (3) peserta diyakinkan bahwa karya sastra bukan sekedar hasil lamunan pengarang belaka, dan (4) peserta diberi kesempatan seluas-luasnya untuk bertanya dan berdialog.
Setelah praktik apresiasi dilakukan, peserta diajak atau dibimbing untuk berekspresi tulis (berproses kreatif, penggalian ide, pengembangan imajinasi, kristalisasi momen-momen dramatik, teknik penuangan gagasan, teknik penciptaan naskah, dan sejenisnya) dan ekspresi lisan (latihan vokal, latihan peran, penguasaan panggung, penataan setting, dan lain-lain). Dalam kaitan ini seluruh peserta harus dilibatkan secara aktif. Diharapkan setiap peserta dapat menghasilkan sebuah naskah sastra (pendek) yang kelak dapat diterbitkan menjadi buku antologi.

2.3 Pementasan/Sosialisasi
            Setelah praktik apresiasi dan ekspresi, pada tahap akhir dilakukan pementasan dan atau pemanggungan. Naskah yang dipentaskan boleh hasil karya sastrawan Indonesia yang sudah terkenal, boleh juga hasil karya para peserta bengkel. Pementasan tersebut sekaligus dimaksudkan sebagai suatu evaluasi atau uji coba kemampuan para peserta dalam bersastra.

3. Bahan dan Perlengkapan
3.1 Pertimbangan Pemilihan Bahan
            Bahan atau materi (teks sastra) yang disediakan kepada para peserta hendaknya disesuaikan dengan (1) lingkungan peserta, (2) jenjang pendidikan peserta, dan (3) keragaman. Maksudnya, bahan yang diberikan akan lebih efektif jika isi karya (sastra) itu mengandung suasana atau gambaran yang akrab dengan dunia atau lingkungan kehidupan para peserta. Dan, yang lebih penting, bahan yang diberikan kepada atau dibahas peserta disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan atau kematangan mereka.
Di samping itu, untuk menghindari kebosanan, hendaknya bahan yang diberikan kepada peserta beragam, baik dari segi tema, tokoh, latar, gaya, bahasa, dan sebagainya. Bahkan, sangat perlu, sesuai dengan hakikat sastra sebagai tiruan alam, para peserta perlu diajak menimba pengalaman langsung (orientasi, outbond) ke lapangan, misalnya ke suatu tempat yang memungkinkan mereka dapat menangkap berbagai ide atau gagasan dalam rangka penciptaan naskah (karya sastra).

3.2 Bahan
            Karya (naskah sastra) yang dapat dijadikan bahan dalam kegiatan Bengkel Sastra cukup banyak, baik yang sudah terbit dalam bentuk buku maupun yang masih dimuat dalam majalah. Dalam kaitan itu, pembimbing dapat secara bebas memilih dan menentukan naskah (sastra) apa yang akan diberikan atau dijadikan bahan apresiasi atau ekspresi. Yang terpenting naskah tersebut adalah naskah sastra yang sesuai dengan lingkungan dan kemampuan peserta.

3.3 Perlengkapan
            Kegiatan Bengkel Sastra dapat diselenggarakan di mana saja, baik di ruang terbuka maupun ruang tertutup, dilengkapi alat-alat perlengkapan, misalnya, meja kecil, tikar, soundsystem, papan tulis, alat tulis, OHP, alat perekam, dan lain-lain. Sementara, untuk kegiatan apresiasi dan ekspresi sastra, alat-alat perlengkapannya adalah sejumlah naskah sastra dan makalah (yang disusun oleh tutor) untuk pegangan peserta. Akan lebih baik disediakan pula peralatan video untuk keperluan pemberian contoh-contoh pementasan sastra kepada para peserta. Untuk kegiatan pementasan, disediakan panggung beserta kelengkapannya.

4. Target
            Kegiatan Bengkel Sastra diharapkan dapat mencapai target tertentu, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Target jangka pendek kegiatan tersebut, para peserta dapat menulis naskah (puisi, cerpen, atau drama) dan menerbitkan sebuah buku antologi karya para peserta. Target jangka panjangnya ialah setelah selesai mengikuti kegiatan bengkel, pada waktu-waktu selanjutnya di tengah masyarakat peserta dapat (1) mengapresiasi karya sastra; (2) berekspresi tulis, misalnya mencipta dan mempublikasikan karyanya ke media massa; dan (3) berekspresi lisan, misalnya memanggungkan atau mementaskan (memainkan) karya sastra. Agar proses kreatif yang telah dibangun ini tidak berhenti, mereka perlu difasilitasi dengan, misalnya, dibentuknya Sanggar Sastra.

5. Silabus
            Kegiatan Bengkel Sastra dilaksanakan selama 10 kali pertemuan tatap muka (44 jam, @ 60 menit), dengan rincian sebagai berikut.
·      Teori (4 jam)
  • Pengenalan dasar-dasar teori                    2 jam
  • Teori apresiasi dan kreasi teks                  2 jam
·      Praktik (32 jam)
·      Apresiasi karya sastra                                 10 jam
·      Ekspresi tulis (penciptaan)                           10 jam
·      Ekspresi lisan (bermain)                               8 jam
·      Pementasan (akhir kegiatan)                        4 jam
·         Outbond (8 jam) sehari semalam
·      Proses penggalian ide                                   4 jam
·      Proses penangkapan momen kreatif             4 jam

6. Tutor(ial)/Pembimbing(an)
            Tutor kegiatan Bengkel Sastra dapat siapa saja, yang terpenting adalah ahli di bidangnya (guru, penyair, cerpenis, novelis, dramawan, dll). Dalam hal ini dapat memanfaatkan seniman-seniman atau sastrawan setempat. Dalam proses tutorialnya, tutor memberikan teknik dan metode mengamati, menggali ide, mengolah momen kreatif dan puitik, merenungkan, mengkristalisasikan, cara menuangkan ke dalam tulisan, membaca, mengoreksi, membuka wawasan, memberikan alternatif, dan sebagainya. Tugas peserta adalah secara bebas dan kreatif melakukan semua itu.

7. Peserta
            Peserta kegiatan Bengkel Sastra tidak perlu terlalu banyak, kira-kira 25 atau 30 orang saja untuk satu kelas. Satu kelas itu dibimbing oleh dua atau tiga orang tutor (dan satu bintang tamu).

8. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
            Kegiatan Bengkel Sastra dilaksanakan setiap hari libur, pukul 09.00--13.00, dalam 9 kali pertemuan (tatap muka). Sementara itu, orientasi lapangan (outbond) dilaksanakan pada pertemuan kedua atau ketiga, berlangsung di suatu tempat tertentu yang telah ditentukan (tempat yang nyaman dan jauh dari keramaian).

9. Pelaksana dan Biaya
            Kegiatan Bengkel Sastra dikelola dan dilaksanakan oleh sebuah tim panitia tertentu. Biaya pelaksanaan dapat bersumber dari mana saja, formal atau nonformal.

10. Penutup
            Sebagai sebuah pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan kegiatan bengkel sastra, pada akhir kegiatan ada baiknya disusun laporan lengkap. Beberapa hal yang dikemukakan di dalam laporan itu antara lain (1) latar belakang, (2) tujuan, (3) peserta, (4) pelaksanaan, yang meliputi persiapan, pelaksanaan, kepanitiaan, pembiayaan, dan lain-lain, (5) hambatan, (6) saran dan tindak lanjut, serta (7) lampiran-lampiran.
            Evaluasi perlu juga dilakukan agar dapat diketahui keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan bengkel sastra. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara observasi/pengamatan langsung atau dengan sistem angket. Hal-hal yang perlu diketahui melalui evaluasi, antara lain (1) minat peserta terhadap kegiatan yang diikuti, (2) bahan sajian yang diberikan, (3) metode pelatihan yang diterapkan, (4) pembimbing(an)/tutor(ial), (5) hasil pelaksanaan secara keseluruhan, dan (6) hal-hal lain yang dianggap penting.
            Nah...selamat mencoba!!!!
Yogyakarta, September 2013.

                [1] Bahan diskusi pada Rapat Koordinasi Balai Bahasa Jawa Timur dengan MGMP se-Jawa Timur yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Jawa Timur pada bulan September 2013.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

TULISAN TERPOPULER

CARI JUGA DI LABEL BAWAH INI

Antologi Cerpen (59) Antologi Esai (53) Penelitian/Kajian Sastra (43) Antologi Puisi (40) Cerita Anak (25) Penelitian/Kajian Bahasa (25) Sastra Jawa Modern (20) Sastra Indonesia-Jogja (14) Antologi Drama (13) Budi Darma (13) Ulasan Buku (13) Kritik Sastra (12) Proses Kreatif (12) Esai/Kritik Sastra (11) Pembelajaran Sastra (11) Kamus (10) Pedoman (10) Prosiding Seminar Ilmiah (9) Antologi Features (8) Cerita Rakyat (8) Mohammad Diponegoro (8) Jurnal (7) Membaca Sastra (7) Religiusitas Sastra (7) UU Bahasa (7) Antologi Artikel (5) Bahan Ajar (5) Kongres Bahasa (5) Nilai-Nilai Budaya (5) Artikel Jurnal Internasional (4) Bahasa/Sastra Daerah (4) R. Intojo (4) Seri Penyuluhan Bahasa (4) Sistem Kepengarangan (4) Telaah Dialogis Bakhtin (4) Ahmad Tohari (3) Antologi Biografi (3) Antologi Dongeng (3) Danarto (3) Ensiklopedia (3) Gus Tf Sakai (3) Konsep Nrimo dan Pasrah (3) Korrie Layun Rampan (3) Pascakolonial (3) Penghargaan Sastra (3) AA Navis (2) Antologi Macapat (2) Dinamika Sastra (2) Festival Kesenian (FKY) (2) Film/Televisi Indonesia (2) Glosarium (2) Kuntowijoyo (2) Majalah Remaja (2) Novel Polifonik (2) Pemasyarakatan Sastra (2) Sastra Jawa Pra-Merdeka (2) Seno Gumira Adjidarma (2) Telaah Intertekstual (2) Umar Kayam (2) Abstrak Penelitian (1) Artikel Jurnal (1) BIPA (1) Bahan Ajar BIPA (1) Budaya Literasi (1) Cermin Sastra (1) Ejaan Bahasa Jawa (1) Etika Jawa (1) FBMM (1) Gerson Poyk (1) Herry Lamongan (1) Iblis (1) Iwan Simatupang (1) Jajak MD (1) Jaring Komunikasi Sastra (1) Kaidah Estetika Sastra (1) Karier Tirto Suwondo (1) Karya Tonggak (1) Kebijakan (1) Motinggo Busye (1) Muhammad Ali (1) Muryalelana (1) Novel (1) Olenka; Budi Darma; Bakhtin (1) Posisi Teks Sastra (1) Puisi Tegalan (1) Putu Wijaya (1) Salah Asuhan (1) Sastra Balai Pustaka (1) Sastra Non-Balai Pustaka (1) Sastra dan Ekonomi Kreatif (1) Sastra dan Imajinasi (1) Sastra dan ORBA (1) Sastra dlm Gadjah Mada (1) Sejarah Sastra (1) Studi Ilmiah Sastra (1) Studi Sastra (1) Syamsuddin As-Sumatrani (1) Teater Modern (1) Telaah Model AJ Greimas (1) Telaah Model Levi-Strauss (1) Telaah Model Roland Barthes (1) Telaah Model Todorov (1) Telaah Model V Propp (1) Telaah Pragmatik (1) Telaah Sosiologis (1) Telaah Stilistika (1) Teori Sastra (1) Teori Takmilah (1) Turiyo Ragil Putra (1)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel